Sabtu, 30 Mei 2015

"PANTAI PATUK (NGANDAN) PACITAN" Pantai mungil ini cukup unik dengan tangga untuk turun ke bawah. [Desa Poko - Kecamatan Pringkuku]



pantai patuk / ngandan poko pringkuku Kabupaten Pacitan Jawa Timur
PANTAI PATUK/NGANDAN POKO PRINGKUKU - PACITAN


Pantai Patuk yang wilayahnya masih segaris dengan Pantai Telengria dan Pantai Babakan tuguragung ini juga turut melengkapi daftar pantai perawan di Pacitan. Menurut banyak media, katanya nama pantai ini biasa di kenal pantai Patuk, tapi kata orang-orang di sana (warga sekitar desa poko, kecamatan pringkuku) menyebutnya pantai Ngandan. Hal ini mungkin ada kaitan atau dikarenakan untuk turun ke pantai yang cukup sempit tersebut menggunakan ondo (dalam bahasa jawa) yang berarti tangga, dan "Ngandan" itu kata dasarnya adalah "Ondo", makanya pantai tersebut biasa di namakan Pantai Ngandan. Dan turun pakai tangga itupun hanya bisa kebawah ketika ombak surut biasanya menjelang sore hari.

di bawah pantai patuk / ngandan poko pacitan
mamumam.blogspot.com

Tempatnya bisa di bilang jauh dari pemukiman, biasanya jarang ada wisatawan yang datang kesini, hanya pencari rumput dan pemancing yang biasa datang kesini. Pantai ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua, tapi jalannya cukup sulit dan menantang banyak-rumput liar yang tinggi-tinggi di sepanjang jalan.

Jadi jika pernah kesini anda termasuk orang yang beruntung, karena bisa menikmati keindahan ciptaan tuhan yang masih virgin sangat jarang terjamah manusia. Atau mungkin bisa anda jadikan wisata petualang atau wisata minat khusus. Anda bisa coba megunjungi pantai Patuk ini ketika anda berkunjung ke Pantai Srau. Karna desa Poko sendiri bersebelahan dengan desa Candi yang mrupakan lokasi Pantai Srau. Kalau anda penasaran bisa datang kesini untuk menyambangi pantai petualang yang virgin banget ini.....


"GOA DAWUNG PACITAN" Goa satu ini hadir berbeda dari yang lain, yaitu dengan keunikan Sendang Pitu-nya. [Desa Piton - Kecamatan Punung]

<br /><br /><a href="http://i1.wp.com/pacitanku.com/wp-content/uploads/2014/01/1501740_781168845230855_735296357_n.jpg"><img src="http://i1.wp.com/pacitanku.com/wp-content/uploads/2014/01/1501740_781168845230855_735296357_n.jpg" width="300" height="200" alt="pemandangan doa dawung pacitan" /></a><a></a><br />GOA DAWUNG PUNUNG-PACITAN<br /><br /> <p style="text-align:justify;"><i>kali ini kita akan bahas salah satu <a href="http://alipz33.xtgem.com/index?__xtblog_search=goa">Goa</a> eksotis yang tergolong baru di temukan dan terdapat stalagtit dan
stalagmit yang terbentuk dari tetesan air secara alami. Diperkirakan panjang goa ini sekitar 500m. Lingkungan goa yang hijau menambah kesan
asri pada goa satu ini. Namun yang menjadi ikon adalah Sendang
Pitunya. Apa itu sendang pitu?? Di bawah ini akan kita ulas mengenai goa satu ini.<br /><br />Goa Dawung, goa ini terletak di sebuah hutan yang bernama hutan Dawung. Goa tersebut terletak di sebelah
selatan desa piton di dusun Crabak 2 km
jalur masuk sebelah SD Piton, jalan tersebut
tembus ke Desa Bomo. Tepatnya di dusun Crabak,
Desa Piton, Kecamatan Punung Pacitan Jawa timur. Makanya goa ini di beri nama Goa Dawung karna berada di hutan Dawung. Keberadaan
Goa Dawung ini bertetangga dengan Goa
Tabuhan, kurang lebih 3 Km dari Goa fenomenal di Donorojo tersebut.<br />
Akses menuju goa ini masih sulit
dikarenakan belum adanya penerangan
mandiri, jalannya masih berupa tanah liat
hasil swadaya masyarakat setempat.<br /><br /><a href="https://pacitankabmuseumjatim.files.wordpress.com/2014/08/dsc_656465.jpg"><img src="https://pacitankabmuseumjatim.files.wordpress.com/2014/08/dsc_656465.jpg" width="300" height="200" alt="jalan arah goa dawung pacitan" /></a><a></a><br /><br />
Pemandangan di dalam goa sangat
mempesona yang memang memiliki
keunikan tersendiri. Pemandangan
stalagmite dan stalagtit goa, ukiran
bebatuan yang menyerupai gelambir-gelambir dan gorden raksasa, serta batuan
berlian yang nampak berbintik-bintik
diantara batuan stalagmite tersebut
melengkapi keunikan goa ini.<br /><br /><a href="https://pacitankabmuseumjatim.files.wordpress.com/2014/08/dsc_46565786.jpg"><img src="https://pacitankabmuseumjatim.files.wordpress.com/2014/08/dsc_46565786.jpg" width="300" height="200" alt="dalam goa dawung pacitan" /></a><a></a><br /><br />
<a href="http://alipz33.xtgem.com/index?__xtblog_search=goa">Goa</a> ini masih berpenghuni, salah satunya
kelalawar yang memang menjadikan goa
ini sebagai tempat tinggalnya. Goa yang
baru diresmikan awal Januari tahun 2014
ini memang memiliki karakteristik yang
cukup unik  dibandingkan dengan goa
lainya, yaitu keberadaan sendang yang
ada di dalamnya hampir mirip goa Somopuro, salah satunya adalah sendang
pitu. Sendang ini adalah cekungan air yang
membentang kurang lebih 1×2 meter yang
berada diatas bebatuan goa Dawung. Air di
sendang ini sangat dingin dan jernih. Sendang Pitu merupakan sumber air yang
terbentuk secara alami dan tesusun secara
unik. Air pada Sendang Pitu dipercaya
dapat dijadikan sebagai obat dan juga
dapat membuat awet muda.<br /><br /><a href="http://i1.wp.com/pacitanku.com/wp-content/uploads/2014/01/1508001_781164621897944_1602135903_n.jpg"><img src="http://i1.wp.com/pacitanku.com/wp-content/uploads/2014/01/1508001_781164621897944_1602135903_n.jpg" width="300" height="200" alt="sendang pitu goa dawung pacitan" /></a><a></a><br /><br />
Untuk keluar dari goa pengunjung harus
berhati-hati karena akan melewati jalur
sempit dan tidak bisa berjalan seperti
biasa. Melalui area sempit ini pengunjung
wajib merangkak jika tidak ingin terbentur
bebatuan goa dengan jarak sekitar 15
meter. Bagian ini sekaligus menjadi bagian
akhir goa sebelum pintu keluar.<br /><br /></i></p> 

"GOA PULUNGSARI PACITAN" Goa virgin yang satu ini baru di temukan pada tahun 2014. [Desa Donorojo - Kecamatan Donorojo]



goa pulungsari donorojo pacitan
GOA PULUNGSARI DONOROJO-PACITAN

Awal penemuan Goa Baru ini ditemukan oleh Sunarno (45 tahun) pada Tanggal 2 Agustus 2014. Goa ini terletak di RT.02 RW.06, Dusun Kebon, Desa Donorojo, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan Jawa Timur.
Belum banyak info mengenai goa yang belum lama di temukan satu ini, dan ada beberapa foto yang bisa anda lihat di bawah ini.

goa pulungsari

pulungsari donorojo

dalam goa pulungsari pacitan

goa pulungsari pacitan

Jumat, 29 Mei 2015

"GOA SOMOPURO PACITAN" Keindahan goa belahan timur Kabupaten Pacitan dengan indahnya gelambir-gelambir batuan raksasanya. [Desa Bungur - Kecamatan Tulakan]



GOA SOMOPURO BUNGUR TULAKAN PACITAN JAWA TIMUR
GOA SOMOPURO TULAKAN-PACITAN

Rupanya tak hanya bagian barat kabupaten Pacitan saja yang kaya akan Goa-goa indahnya, di sebelah timur Pacitan juga ada diantaranya yaitu di kecamatan Tulakan. Goa indah yang belum terlalu dikanal wisatawan ini adalah Goa Somopuro, yang terletak di Desa Bungur, kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Jika ditempuh dari pusat kota sekitar 30 Km melewati jalur Pacitan-Lorok.

Dilihat dari sejarahnya keberadaan goa Somopuro ini ditemukan sekitar abad ke 18 masehi menurut cerita penduduk setempat. Di masa tersebut, Desa Bungur yang merupakan tempat keberadaan Goa Somopuro dipimpin oleh tokoh masyarakat yang terpandang, bukan pemimpin desa seperti jaman sekarang.

Pada jaman dahulu konon diceritakan ada seorang pelarian yang bernama Somo Adipuro dari kerajaan Mataram, karena menentang sikap-sikap pemimpin (Raja) yang diktator dan otoriter.
Ia dikejar sampai diwilayah yang saat ini disebut dusun sempu, ia akhirnya bersembunyi didalam goa untuk menghindar dan bebas dari pengejaran prajurit kerajaan.
Setelah bersembunyi beberapa bulan dan merasa situasi sudah aman, Somo Adipuro keluar dari dalam goa dan goa itu diberi nama Goa Somopuro sampai sekarang.

Somo Adipuro akhirnya mulai menata semua lingkungan di Desa Bungur, ia sangat disegani karena sikap kepemimpinannya yang arif dan bijaksana.
Somo Adipuro juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang sangat sosial, ia selalu menempatkan kepentingan masyarakatnya di atas kepentingan pribadi, masyarakat memandang Somo Adipuro sebagai Priagung kang misuwur (Tokoh yang disegani karena kearifannya) maka dari itu Desa yang dipimpin di Beri nama Desa Bungur yang berasal dari kata Priagung kang misuwur.
Berkat kepemimpinan yang terkenal arif dan bijak akhirnya Somo Adipuro di angkat sebagai Bekel (Kepala Desa), dan membuat sebuah Pesanggrahan / pusat pemerintahan yang saat ini digunakan untuk Kantor Kecamatan Tulakan.
Somo Adipuro akhirnya meninggal dunia saat menjabat sebagai Bekel dan di makamkan di belakang Pesanggrahan (sekarang menjadi Kantor camat) dan sampai sekarang makam tersebut masih ada dan di beri nama Bekelan.

Seperti halnya dengan karakteristik goa lainnya di Pacitan, Goa Somopuro memiliki ciri khas yang menarik untuk kita ketahui lebih dalam. Menyusuri sepanjang lorong-lorong goa, Nampak stalagmite dan stalagtit bergelantungan mirip dengan selambu raksasa dan dengan pahatan alam sedemikian eloknya. Inilah salah satu dari banyaknya keunikan pemandangan Goa Somopuro.

Pemandangan batuan khas goa di Pacitan itu akan semakin lengkap jika terpantulkan cahaya warna–warni, maka yang muncul adalah lekukan–lekukan batu besar yang bisa memanjakan mata siapapun yang memandang. Sementara keindahan lekukan–lekukan batuan goa Somopuro ini dipastikan terbentuk dari pahatan alam yang terjadi secara alami selama kurun waktu beberapa puluh tahun.

Di Goa Somopuro ini juga terdapat beberapa sendang yang berasal dari tetesan air dari atap bebatuan goa. Dengan airnya yang jernih dan masih dingin, sendang–sendang alami ini menambah lengkap fasilitas yang terdapat di goa ini.

Selain cerita sejarahnya yang kental, Goa Somopuro ternyata juga memiliki keunikan seperti layaknya goa lainnya di Pacitan. Bebatuan alam stalagtit dan stalagmite di Goa ini memiliki ciri khas beraneka ragam, ada yang seperti selambu, ada yang seperti pagar, ada juga yang seperti batu nisan. Semuanya terukir begitu sempurna sebagai bukti keagungan Sang Pencipta.

GOA SOMOPURO BUNGUR TULAKAN PACITAN JAWA TIMUR

Selasa, 26 Mei 2015

"GOA PUTRI PACITAN" Salah satu keajaiban goa di Pacitan dengan batuan didalamnya yang berbentuk mirip seorang Putri. [Desa Sooka - Kecamatan Punung]



goa putri pacitan jatim
GOA PUTRI PUNUNG PACITAN

Tak salah bila Pacitan mendapat julukan Kota 1001 goa, karna kenyataanya di kabupaten Pacitan ini terdapat banyak goa-goa yang memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda-beda. Salah satunya adalah goa Putri. Goa ini terletak hampir berdekatan dengan goa Tabuhan dan goa Gong yang paling terkenal. Untuk mencapai kawasan ini anda cukup membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dari pusat kota Pacitan.

Goa putri ini terletak di sebelah barat Kota Pacitan tepatnya di desa Soka kecamatan Punung Kabupaten Pacitan Jawa Timur dengan jarak tempuh kurang lebih 24 Km dari kota pacitan

Goa putri merupakan salah satu goa yang memiliki keindahan panorama perut bumi seperti biasanya yang menonjolkan stalagtit dan stalagmitnya yang terbentuk dari beberapa tahun yang lalu. Stalagtit dan stalagmit terbentuk melalui proses rembesan air yang ada di permukaan tanah yang melewati celah tanah dan membawa mineral kapur sehingga terbentuklah untaian batuan yang menggantung maupun menjulang di dalam goa.

goa putri pacitan jawa timur

Sejarah dari penamaan Goa Putri di pacitan adalah karena salah satu batuan-batuan yang ada di dalam goa, atau sering disebut stalagtit dan stalagmitnya ada yang mirip atau menyerupai sosok seorang putri. Selain itu ditemukan juga tempat mirip peristirahatan seorang putri yang entah sampai saat ini masih misterius dan menjadi legenda masyarakat sekitar. Keindahan panorama didalam goa akan membuat anda takjub. Batuan yang sangat besar dan terbentuk melalui tetesan air sungguh sangat mempesona.

batuan didalam goa putri pacitan

Goa Putri terletak di kecamatan punung sebelah barat dari kabupaten pacitan. Untuk mencapai tempat ini anda bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Akses jalan menuju kawasan ini sudah diperbaiki sehingga anda akan sangat nyaman saat dalam perjalanan.

goa putri pacitan

Senin, 25 Mei 2015

"GOA LUWENG SULING PACITAN" Selain memiliki keindahan bawah tanah Goa ini juga jadi alternatif air bersih saat datang kemarau. [Desa Klepu - Kecamatan Donorojo]



goa luweng suling pacitan
GOA LUWENG SULING DONOROJO PACITAN

Goa yang menyimpan keindahan di perut bumi ini terletak di Desa Klepu, Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Goa yang biasa juga disebut Luweng tirto suling ini merupakan goa dengan tipikal vertical atau berlubang tegak yang di dalamnya terdapat aliran sungai bawah tanah dan air terjun setinggi 45 m merupakan alternative wisata petualangan yang memerlukan keahlian khusus. Karna butuh keberanian, keahlian dan peralatan khusus untuk menyambangi keindahan dalam goa ini.

Selain sebagai lokasi wisata minat khusus, air di dalam goa ini juga di manfaatkan oleh warga sekitar goa. Air sungai bawah tanah diangkat ke permukaan dan dimanfaatkan untuk beberapa dusun yang ada sekitar goa untuk konsumsi saat musim kemarau panjang.

PERJALAN CAVING DI LUWENG SULING PACITAN JAWA TIMUR

MENYAMBANGI LUWENG SULING DONOROJO PACITAN


"GOA INI JUGA JADI SUMBER AIR BERSIH OLEH WARGA SEKITAR SAAT DATANG MUSIM KEMARAU"
[Pacitanku.com]

Nuansa musim kemarau rupanya mulai dirasakan sebagian warga di Pacitan, dengan menipisnya sumber air bersih di berbagai tempat, terutama di kawasan Karst Pacitan, di wilayah sebagian Pringkuku, Punung dan Donorojo.

Seperti yang dilakukan oleh salah satu warga kawasan karst ini, di Goa Vertikal Luweng Suling, di Dusun Sawahan Kulon, RT 02 / RW 03, Desa Klepu, Donorojo, Pacitan, Jawa Timur, belum lama ini.

Sumber air dalam goa itu selain dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, juga menjadi sumber air bersih yang dikonsumsi warga sekitar.

Diketahui, setiap turun ke dalam goa akan Ada 25 gigi anak tangga untuk mencapai ujung air tersebut. Para warga di sekitar Kali Luweng ini dengan semangat membawa air menaiki anak tangga Goa Vertikal tersebut hanya untuk mendapat sumber air besih.

Minggu, 24 Mei 2015

"GOA LUWENG JARAN PACITAN" Goa menawan ini sangat cocok untuk wisata minat khusus dan penelitian. [Desa Jlubang - Kecamatan Pringkuku]



luweng ombo pacitan indonesia
GOA (LUWENG) JARAN Jlubang - Pringkuku Pacitan

Terletak di Desa Jlubang Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan Jawa Timur , kurang lebih 15 Km dari kota Pacitan. Sangat cocok untuk wisatawan adventurir. Diperlukan peralatan, keahlian dan stamina yang khusus untuk memasuki goa ini. Mungkin nama goa yang satu ini masih asing di telinga kebanyakan orang, tidak sebagaimana tatkala mendengar nama Goa Gong atau Goa Tabuhan. Meski demikian keindahan goa yang satu ini tidak kalah jauh dibanding dengan kedua goa tersebut. Bahkan konon goa ini merupakan goa terpanjang di Indonesia.

Goa Luweng Jaran terdaftar pada tahun 2002, ditemukan pertama kali oleh penduduk setempat pada tahun 1984. Sampai saat ini, goa Luweng Jaran belum terbuka untuk umum, bahkan yang pertama kali memerawani goa ini justru para bule yang merupakan tim ekspedisi gabungan Anglo-Australia pada tahun 1987. Pada tahun ini hasil pemetaan goa tersebut mencapai panjang 11 km, kemudian ketika dilakukan ekspedisi kembali pada tahun 1992, goa ini terhubung dengan luweng Punung Plente (salah satu daerah di kota Pacitan), sehingga panjang goa mencapai 19 km. Data terakhir pada tahun 2002 panjang goa ini mencapai 25 km.

Berbeda dengan Goa Gong maupun Goa Tabuhan yang strukturnya didominasi oleh bebatuan dengan berbagai macam bentuk keindahannya, goa Luweng jaran merupakan goa aliran sungai (sungai bawah tanah). Pintu masuk goa ini juga berupa sungai. Bahkan goa ini merupakan Swallow Hole atau tempat menghilangnya sungai permukaan ke dalam goa. Goa ini dikenal juga dengan nama goa Labirin karena lorongnya bercabang-cabang dan bertingkat.

Meski belum terbuka untuk umum sebagai tempat wisata, namun goa ini merupakan “surga” petualangan bagi para aktifis pecinta alam. Karena goa yang satu ini menyajikan beragam keindahan, tantangan sekaligus keajaiban. Dinding goa merupakan ornamen hamparan batu selayaknya relief ghaib istarat alam. Stalagtit dan stalagmit menjuntai dengan aneka bentuk, ada yang mirip manusia, binatang, menara bahkan miniatur Grand Canyon membentuk taman batu yang basah dan indah sekaligus mempesona.

luweng jaran pacitan

Satu lagi pesona keajaiban alam yang terdapat pada goa ini yaitu adanya tunas pohon kelapa yang menyeruak diantara pekatnya dinding dan atap goa yang basah, meski kekuningan namun pohon ini tetap hidup, ada juga yang menganggap ini hanya ornamen menyerupai pohon. Selain itu dilantai goa terbentuk telaga kecil yang berasal dari kumpulan tetesan air yang bening dan menampakkan dasar goa. Suara tetesan air ini terdengar ritmis dan teratur bersaing dengan suara angin khas daerah pegunungan selayaknya suara magis, indah yang mengharukan.

Pesona ini diperkuat dengan pemandangan di lantai dan dinding goa, tebaran batuan mutiara yang menyinar tajam, memancarkan kilauannya. Namun para pengunjung dilarang keras memungut batuan ini karena salah bergerak sedikit saja, dinding kapur goa bisa retak dan runtuh.

Banyak hal unik yang tidak ditemukan di goa lain terdapat di Luweng Jaran. Lorong goa penuh lumpur dan juga terdapat static pool, selain itu material pasir besi dari laut dalam sebuah cekungan di dasar goa juga menambah pesona goa ini.

Salah satu lorong di sisi barat chamber tersusun dari runtuhan bongkahan batu ukuran raksasa. Bagi pengunjung yang bermaksud menelusuri goa ini penelusuran dimulai dengan berjalan merunduk di antara celah-celah kecil bongkah batu. Di antara celah kecil itu, ada satu lorong kecil yang harus ditelusuri dengan cara merayap. Lorong inilah yang menyimpan keindahan ornamen yang semuanya telah mengkristal.

Kristal dari ornamen yang menyerupai selimut salju ini menyimpan berbagai misteri alam karena banyak bentukan- bentukan spesifik yang tak dapat dijumpai di goa lain. Salah satu ornamen unik di lorong ini adalah cave pearl, ornamennya berbentuk seperti kilauan mutiara dengan ukuran sebesar kelereng hingga kepalan tangan. Ornamen ini sering menjadi impian setiap caver karena tidak selalu ditemukan dalam penelusuran goa.

Panjang dan luasnya lorong Luweng Jaran, ditambah banyaknya ornamen goa spesifik, menjadikan goa ini sebagai dambaan kelompok penelusuran goa atau pencinta alam. Pengaturan manajemen yang baik dalam kegiatan penelusuran, bukan tidak mungkin akan memberi pengalaman berharga.

Sebagai contoh, penempatan basecamp di dasar luweng memberi arti bagaimana kita dapat menjalani metabolisme kehidupan dalam ruangan gelap gulita yang tidak mengenal perbedaan siang dan malam, jauh dari keramaian dan kebisingan. Hal-hal ini sudah merupakan kisah menarik dalam perjalanan hidup seorang penelusur goa.

luweng jaran pacitan jatim

Goa ini terletak di dusun Kasri, desa Jlubang, kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan. Lokasinya berada di perbukitan desa Jlubang, sekitar 20 km dari kota Pacitan ke arah Barat.

Sampai saat ini goa ini baru disambangi oleh para pecinta petualang, belum dibuka untuk wisatawan. Diperlukan keberanian dan perasaan tertantang untuk menyambangi dan menyusuri goa ini.

Luweng Jaran pada awalnya ditemukan pertama kali oleh penduduk setempat, dan akhirnya di eksplorasi pertama kali oleh tim Ekspedisi Gabungan Anglo – Australian, yg didampingi oleh Penelusur Gua dari Indonesia pada tahun 1984. Pada saat itu hasil pemetaan mencapai 11 km, kemudian ekspedisi dilanjutkan setiap 2 tahun sekali.

Pada tahun 1992 kembali ekspedisi dapat menggabungkan Luweng Jaran dengan Luweng Punung Plente, sehingga panjang total mencapai 19 km. Luweng ini sangat berbahaya pada musim hujan, karena merupakan Swallow Hole atau tempat menghilangnya sungai permukaan ke dalam goa. Cukup banyak penelusur goa yg terjebak banjir di goa ini.

Untuk menelusuri goa ini diperlukan peralatan vertikal, dengan rincian sumuran pertama mempunyai kedalaman 12 meter, sampai ke teras pertama mempunyai jarak sekitar 25 meter sebelum mencapai sumuran kedua dengan kedalaman 25 meter. Lalu kemudian setelah sumuran kedua, terdapat lorong yang sangat besar, mulai disini medan dapat ditempuh tanpa peralatan vertikal. Luweng Jaran dapat disebut sebagai goa labirin, karena lorongnya bercabang-cabang dan bertingkat.

Sabtu, 23 Mei 2015

"GOA KALAK PACITAN" Goa elok ini memiliki sejarah dan terkenal karena dulunya kental akan sisi mistisnya. [Desa Kalak - Kecamatan Donorojo]



goa kalak pacitan
Goa Kalak (desa Kalak kecamatan Donorojo Pacitan Jawa Timur)

Letak goa ini di antara jalan Pantai Klayar dan Goa Gong. Merupakan goa tua yang pernah ditemukan adanya fosil purba yang asyik untuk dikunjungi. Goa ini dulunya juga sebagai obyek wisata cukup terkenal sebelum goa Gong diketemukan, dan menurut cerita orang orang dulu juga goa ini sebagai tempat pertapaan atau bersemedi untuk memohon sesuatu. Konon mantan presiden RI ke 2 Bpk. Soeharto pun juga pernah tirakat di goa ini. Goa yang berada di sisi selatan goa Gong berjarak kurang lebih 5 km. Berada di tepi jalan goa Gong menuju kalak.

Pemandangan saat ini sungguh memprihatinkan karena dulu yang dibanggakan namun sekarang kurang perawatan kelihatan dengan kondisi kebersihan dan fasilitasnya. Goa ini juga memiliki pemandangan stalagtit dan stalagmit sangat indah. Dengan berada di perut bukit dengan penunjuk nama goanya disisi atasnya akan sangat terlihat apabila melewati jalan tersebut.

goa kalak pacitan

Lokasi goa ini Berjarak kurang lebih 5 Km dari obyek wisata Goa Gong, dan tentunya lebih dekat dengan Pantai Klayar. Goa ini terkenal bukan semata-mata karena keindahan stalagtit dan stalagmitnya, tetapi karena pengaruh mistisnya. Goa ini sering dikunjungi oleh orang untuk tujuan-tujuan tertentu yang berhubungan dengan mistis.

Banyak pengunjung dari luar Pacitan yang pernah ke Goa ini bahkan beberapa pejabat juga pernah melakukan ritual di Goa yang bersejarah ini. Menurut cerita warga setempat, Goa Kalak merupakan tempat ritual dari Raden Brawijaya pada zaman Kerajaan Majapahit. Goa yang berusia ratusan tahun ini juga merupakan goa tertua di daerah Pacitan. Sedangkan juru kunci Goa Kalak bernama Bapak Manrejo (mbah Tugiman) yang mulai menjaga goa ini sejak tahun 1965, mbah Tugiman merupakan keturunan ke-3 dari juru kunci yang pertama. Konon, salah satu keramik yang berada di dalam Goa untuk bertapa dibuat oleh seorang pengunjung yang awalnya bertapa di Gunung Lawu kemudian mendapat wangsit untuk mencari tempat pertapaan Raden Brawijaya, setelah menemukan Goa Kalak ini lalu dia membuat keramik persegi panjang tempat untuk para pengunjung Goa Kalak yang ingin bertapa.

Jika anda penasaran dengan Goa yang mulai tidak tearawat ini, bisa mengunjunginya, kurang lebih 5 Km dari obyek wisata Goa Gong, atau berada di perbatasan antara Desa Kalak dan Desa Sendang, dan tentunya lebih dekat dengan Pantai Klayar.

dari jalan goa kalak pacitan

"GOA LUWENG OMBO PACITAN" Di ketahui sebagai goa vertikal terdalam sekaligus terlebar di pulau Jawa. [Desa Kalak - Kecamatan Donorojo]



goa luweng ombo pacitan
Luweng ombo Pacitan

Luweng ombo ini merupakan sebuah goa vertikal yang terdapat pada koordinat 110o 56’ 36,2” BT dan 08o 10’ 14“ LS. Secara geografis Luweng Ombo berada di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur.

Luweng adalah sebutan untuk goa vertikal atau yang lubangnya tegak dari atas kebawah, Luweng Ombo sendiri merupakan goa single pitch yang berbentuk pothole dengan diameter ± 50 meter dan kedalaman vertikal ± 130 meter, di dalamnya terdapat lorong horizontal ± 25 km. Mulut luweng ini terlihat dari jalan raya sehingga lebih mudah di jangkau.

Dasar goa ini tidak datar seperti yang terlihat dari mulut di atas, dan tanaman yang terlihat seperti rumput ternyata adalah pohon – pohon setinggi kira-kira 1,5 meter.

Luweng ombo pacitan jawa timur

Salah satu fenomena alam di Kabupaten Pacitan yang menjadi incaran para petualang dan pecinta alam adalah luweng terbesar dan terdalam di Pacitan yang bernama Luweng Ombo ini. Luweng Ombo yang terletak di Desa Kalak, Donorojo ini adalah lubang sangat besar, jika kita dipinggir lubang itu terlihatlah goa vertikal yang memiliki kedalaman sekitar 130 meter dan diameter mulut goa 50 meter.
Yang cukup mencengangkan lagi adalah lorong – lorong yang terdapat dalam goa ini memiliki panjang mencapai 25 Km.

goa luweng ombo

Goa ini mudah di tempuh dengan kendaraan bermotor karena dekat dengan jalan raya. Jaraknnya dari jalan raya hanya sekitar 10 meter sehingga terlihat sedikit atap-atap goanya.

Goa ini merupakan tempat kesukaan para mahasiswa pecinta alam, seperti pada tgl 17 Ags 2010 dimana mahasiswa pecinta alam mengadakan upacara bendera dalam peringatan HUT ke-65 RI dan mengkibarkan merah putih dalam goa, ini sudah yang ke 4 kalinya dilakukan di luweng ini. Bagi para pendaki goa, ada titik-titik di mana mulut goa berbentuk horizontal sehingga para penelusur dapat beristirahat untuk melanjutkan penelusuran vertikal selanjutnya.

luweng ombo

Goa Luweng Ombo diklaim sebagai goa tegak terdalam di Jawa. Dinding goa terlihat ditumbuhi lumut akibat adanya rembesan air pada dinding- dinding goa.

luweng ombo dari bawah
[pacitanku.com]

Rabu, 13 Mei 2015

"GOA TABUHAN PACITAN" Goa mempesona ini memiliki keunikan menghasilkan bunyi gamelan Jawa ketika di pukul bebatuanya. [Desa Wareng - Kecamatan Punung]



mulut goa tabuhan Pacitan dari luar
Goa Tabuhan desa Wareng Punung - Pacitan Jawa Timur

Pada awalnya, Goa ini mulai ramai dikunjungi orang sejak 1998, dan nama awalnya bernama Goa Tapan tetapi pada akhirnya berubah menjadi Goa Tabuhan karena kerap dipakai oleh penduduk sebagai tradisi kesenian dengan cara memukul batu – batuan yang menggantung di atap Goa. Seperti halnya obyek wisata lainnya, Goa Tabuhan juga mempunyai cerita sejarah keberadaannya. Menurut cerita masyarakat sekitar Goa, Goa Tabuhan ini ditemukan oleh Kyai Santiko yang pada waktu itu kehilangan sapi, dan akhirnya si sapi ditemukan di Goa. Setelah menemukan Goa ini, kemudian dibersihkan semak belukarnya, goa ini diambil oleh Raden Bagus Joko Lelono dan puteri Raden Ayu Mardilah.

Goa Tabuhan ini berlokasi di bukit kapur Tapan dan memiliki langit- langit penuh akar batu yang bergelantungan. Oleh para ahli goa, proses pembentukan stalagtit dan stalagmit ini diyakini sudah berlangsung beratus tahun lalu, karena adanya reaksi kimia antara hujan dan mineral kapur. Dengan panjang rata-rata hingga tujuh meter dan diameter hingga satu meter, stalagtit dan stalagmit di goa ini tampak menyerupai pilar-pilar raksasa yang sangat menakjubkan.

Yang menjadikan Goa ini unik adalah bunyi – bunyian yang bisa dihasilkan dari batu stalagmite diatas sehingga akan menimbulkan nada – nada musik yang merdu apabila dipadukan dengan gamelan. Dan pengunjung dapat menikmati penampilan para musisi menabuh stalaktit dan stalagmit goa menjadi alunan musik khas Jawa. Para sinden dan waranggono itu begitu piawai memainkan alat music alam yang dihasilkan dari batu stalagmite dan stalagtit, dan inilah salah satu keunggulan Goa Tabuhan selain keindahan alamnya.

Di dalam goa Tabuhan Pacitan

Ketika anda akan berkunjung ke Goa ini, jangan khawatir karena akses jalan menuju Goa Tabuhan tergolong mulus beraspal dan nyaris tanpa hambatan sehingga perjalanan terasa nyaman sambil menikmati suasana pedesaan di daeah Punung yang asri. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp. 4000/orang, anda pun bisa masuk ke kompleks Goa. Suasana di dalam goa relatif sejuk. Agar perjalanan anda tidak terganggu, anda bisa memanfaatkan senter sebagai penerang jalan anda masuk Goa.

Setelah anda memasuki Goa, pemandangan stalagmite dan stalagtit yang seperti ukiran akan menemani perjalanan anda, dan menurut sumber masyarakat setempat, salah satu bagian didalam Goa di yakini sebagai tempat bertapa oleh Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya. Ini dapat dilihat dari adanya sebuah ruangan kecil yang di ujung goa yang diyakini dipakai sebagai tempat bertapa.

Setelah puas menikmati keindahan panorama Goa, anda juga bisa menikmati keunikan Goa ini yang lainnya, yaitu menikmati konser musik jawa dengan batu Goa sebagai alat musiknya. Cukup dengan biaya 70.000,00 anda bisa menikmati pesona simphoni musik yang dihasilkan dari batuan Goa.

stalaktit dan stalakmit goa tabuhan pacitan
[pacitanisti.wordpress.com]

Sesuai dengan namanya, Tabuhan berasal dari kata “tabuh” atau membunyikan alat musik pukul. Namun simpan dulu rasa penasaran Anda hingga selesai menyusuri goa ini.
Begitu tiba di area goa yang berada kurang lebih 40 km dari Pacitan ini, mulut goa akan langsung menarik perhatian Anda. Lubang selebar 16 m di lereng kawasan karst ini dihiasi dengan puluhan stalaktit batu kapur berwarna putih. Stalaktit-stalaktit ini begitu kokoh, mengingatkan pada gigi-gigi taring raksasa yang sedang menguap. Rongga goa luas dan lebar, dengan beberapa ceruk gelap di pojok-pojoknya. Meski sebuah jalur setapak bersemen sudah dibangun di dalam goa, namun Anda harus tetap berhati-hati dalam melangkah. Beberapa stalaktit masih meneteskan air dan membuat licin di beberapa bagian.

Goa yang berada di Dusun Tabuhan, Desa Wereng, Kecamatan Punung ini termasuk salah satu situs peninggalan sejarah penting dan disinyalir sebagai salah satu goa hunian kering manusia purba. Hasil penelitian membuktikan bahwa goa ini telah dihuni manusia purba sejak 50 ribu tahun yang lalu. Terdapat jejak bengkel alat batu dari masa 10 ribu tahun yang lalu, temuan moluska, dan bahkan fosil gigi manusia yang masih menempel pada dinding goa. Di bagian kanan terdapat beberapa bekas penggalian arkeologi yang dipagari. Sayangnya hasil-hasil penggalian tidak dipamerkan di sini.

Berjalan ke ujung belakang sebelah kanan goa, Anda akan menemukan jawaban atas hubungan antara goa dengan musik gamelan. Beberapa stalaktit dan stalagmit dengan ajaib bisa menghasilkan suara sesuai tangga nada apabila dipukul.
Sekelompok seniman setempat memanfaatkannya untuk menghibur para pengunjung. Bila ingin membuktikannya, Anda cukup membayar Rp 70 ribu dan mereka akan memainkan 6 buah lagu Jawa.

Senin, 11 Mei 2015

"PONDOK PESANTREN TREMAS PACITAN" Di ketahui sebagai Pondok pesantren tertua ke-2 di Pulau Jawa menurut sejarah. [Desa Tremas - Kecamatan Arjosari]



pondok pesantren tremas
Pondok Pesantren Termas Arjosari

Rasanya sudah tidak asing lagi mendengar ‘Pondok Tremas’, pesantren besar yang berada di desa Tremas, kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Lokasinya yang berada di tepi pantai selatan dan dikelilingi bukit-bukit pegunungan ini sangat tepat dijadikan tempat mengaji bagi para santri.
Awal Berdirinya Pondok Tremas Jika dirunut ke atas, pendiri pondok pesantren Tremas, KH. Abdul Manan adalah putra seorang Demang Semanten yang bernama R. Ngabehi Dipomenggolo di masa Bupati Jagakarya I yang berkuasa pada tahun 1826. Pada masa itu berkembangan agama Islam semakin pesat, setelah sekian ratus tahun Majapahit berkuasa.

1. Abdul Manan bernama asli Bagus Darso, setelah tiga tahun ayahnya berkuasa, dia pun kembali dari perantauannya menuntut ilmu agama Islam di pondok pesantren Tegalsari Ponorogo di bawah asuhan Kiai Hasan Besari.
Sekembalinya dari nyantri, KH. Abdul Manan Kecil atau Bagus Darso pun mulai mendirikan pesantren di desa Semanten (2 km dari kota Pacitan) dibimbing oleh sang ayah. Namun setahun kemudian pesantren tersebut dipindahkan ke daerah Tremas, dan sejak saat itulah menjadi awal kisah pondok pesantren Tremas.

2. Abdul Manan sejak kecil memang sudah terlihat kecerdasannya. Bahkan ketika masih nyantri pada KH. Hasan Besari di Tegalsari sudah banyak keistimewaan yang dilihat oleh sang guru tampak dari Abdul Manan kecil. Pernah suatu malam, seperti biasa, Kiai Hasan Besari mengelilingi pesantren sambil memastikan kondisi para santri yang sudah terlelap, dan sungguh mencengangkan, di antara para santri di tengah kegelapan malam terpancar larik cahaya, dalam hati Kiai hasan Besari bertanya-tanya, gerangan cahaya apa itu? Setelah didekati ternyata cahaya itu keluar dari ubun- ubun salah seorang santri, hal ini benar-benar mengherankan luar biasa.
Karena kondisi sekitar gulita, ditambah lagi penglihatan Kiai Hasan yang semakin tua, beliau pun tidak bisa mengetahui siapa santri itu, tapi beliau sengaja mengikat ujung ikat kepala santri itu, agar besok pagi bisa mengetahui siapa santri yang bercahaya itu. Dan keesokan harinya, ternyata itu adalah KH. Abdul Manan kecil.

DARI SEMANTEN KE TREMAS

Karena keilmuan KH. Abdul Manan yang tidak diragukan lagi sejak masih nyantri, sehingga banyak masyarakat sekitar Pacitan mengaji pada beliau. Tak berapa lama, KH. Abdul Manan pun dinikahkan dengan putri Demang Tremas; R. Ngabehi Honggowijoyo, yang tak lain adalah kakak kandung Sang Ayah. Setelah pernikahan itu, pesantren yang dirintis awal oleh KH. Hasan Besari di Semanten pun dipindahkan ke Tremas, karena sang mertua menyediakan tanah yang berada di daerah jauh dari keramaian dan pusat pemerintahan, yang dirasa sangat cocok bagi para santri untuk mengaji, menimba ilmu. Dan sejak tahun 1830 M itulah berdiri pondok Tremas.

PONDOK TREMAS KINI

Pasca wafatnya KH. Habib Dimyathi (pengasuh Pondok Tremas) pada tahun 1998, estafet kepengasuhan pun dilanjutkan oleh putra-putra masyayikh, KH. Fu’ad Habib Dimyathi atau Gus Fu’ad (Putra KH. Habib Dimyathi) sebagai Ketua Umum Perguruan Islam Pondok Tremas, KH. Luqman Hakim, Gus Luqman (putra KH. Haris Dimyathi) sebagai ketua majlis Ma’arif dan KH. Mahrus Hasyim, Si Mbah Mahrus (putra KH. Hasyim Ihsan) yang menangani bisang social kemasyarakatan.

VISI DAN MISI PONDOK PESANTREN TREMAS

Setiap ulama’ yang menyebarkan ilmunya melalui berbagai media, salah satunya pesantren tak lain agar terlahir insan-insan yang bertafaqquh fiddin, santri-santri yang mempertahankan agama Islam. Dan pondok Tremas pun memiliki visi yang diredaksikan :
Keikhlasan, kesederhanaan, kebebasan, menolong diri sendiri dan sesama umat, serta ukhuwah diniyyah.
Sementara misi dari pondok Tremas adalah :
Membina para santri agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam serta menanamkan rasa keagamaan tersebut di berbagai segi kehidupannya, sehingga akhirnya menjadi orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan Negara.
Sedangkan tujuan khusus nya dapat disebutkan untuk mendidik para santri menjadi insan muslim yang bertaqwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan serta sehat lahir batin.

Pondok pesantren ini menurut sejarah merupakan pondok pesantren tertua ke-2 di Pulau Jawa. Terletak di desa Tremas kecamatan Arjosari kabupaten Pacitan. Mengunjugi ponpes ini apalagi kalau telah melakukan sholat di dalam masjid di lingkungan ponpes, serasa kedekatan kita terhadap Sang Khaliq semakin bertambah.

masjid pondok tremas arjosari pacitan

Dilihat dari segi jaraknya, yakni 135 Km dari kota Solo dan 70 Km dari kota Ponorogo, maka wajarlah kalau santri-santri yang berdatangan dari daerah lain harus berjalan kaki karena belum adanya sarana transportasi. Sedangkan desa Tremas terletak pada 11 kilometer dari kota Pacitan ke utara dan1 kilometer dari kecamatan Arjosari. Desa Tremas dipagari oleh bukit-bukit kecil yang melingkar dimana sebelah utara dan sebelah timur desa Tremas mengalir sungai Grindulu yang selalu membawa lumpur banjir di waktu musim penghujan. Oleh karenanya pondasi rumah penduduk desa tersebut rata-rata sangat tinggi bila dibandingkan dengan pondasi rumah penduduk di daerah yang bebas banjir.

Madrasah depan masjid pondok tremas pacitan

Desa Tremas dibatasi oleh beberapa desa yaitu, sebelah utara dibatasi oleh desa Gayuhan, sebelah timur dibatasi oleh desa Jatimalang, sebelah selatan dibatasi oleh desa Arjosari dan di sebelah barat dibatasi oleh desa Sedayu. Mata pencaharian penduduknya adalah bertani, yakni bercocok tanam padi, kacang tanah, kelapa, pisang, sayur mayur dan sebagainya. Karena Pacitan merupakan daerah yang minus dan tandus maka tidaklah aneh jika masyarakatnya sedikit ketinggalan jika dibandingkan dengan masyarakat daerah lain, khususnya dalam bidang ekonomi. Dengan uraian tersebut kita dapat menggambarkan kehidupan rakyat di daerah itu, yang sedikit banyak dapat mempengaruhi keadaan Pondok Tremas.

Madrasah depan masjid pondok tremas pacitan

"SEJARAH ASAL MULA PEMBERIAN NAMA PONDOK PESANTREN TREMAS"

Tremas berasal dari dua kata yaitu Trem berasal dari kata Patrem yang berarti senjata atau keris kecil dan mas berasal dari kata emas yang berarti logam mulia yang biasa dipakai untuk perhiasan kaum wanita. Kata ini berkaitan erat dengan cerita tentang dibukanya sebuah hutan yang akhirnya dinamakan Tremas, adapun yang pertama kali membuka hutan tersebut adalah seorang punggawa keraton Surakarta yang bernama Ketok Jenggot, atas perintah raja keraton Surakarta sebagai hadiah atas jasanya yang telah berhasil mengamankan keraton dari mara bahaya.

Dikisahkan pada suatu hari, Raja Keraton Surakarta memerintahkan kepada punggawanya yang bernama Ketok Jenggot untuk menjaga ketat kerajaannya, karena raja bermimpi bahwa hari yang akan datang mau ada bencana yang disebabkan datangnya seorang pencuri yang akan memasuki dan mengambil senjata pusaka yang ada di tempat penyimpanan, maka disuruhnyaKetok Jenggot menjaga dan mempertahankan dengan sebaik-baiknya.

Namun pada suatu hari datang seorang penyusup yang dengan kecerdikannya dapat masuk dalam keraton, akan tetapi usaha penyusup tersebut terlihat oleh Ketok Jenggot hingga terjadilah suatu perkelahian, setelah menghabiskan berpuluh-puluh jurus, maka dengan kesaktiannya, Ketok Jenggot berhasil memenangkan perkelaihan tersebut. Siapakah pencuri tersebut? tak lain adalah sang raja sendiri dengan maksud ingin menguji sampai dimana keperwiraan dan kesaktian Ketok Jengot.

Setelah kejadian itu, maka sang raja pun mengakui bahwa punggawanya tersebut benar-benar patuh dan sakti. Sebagai tanda atas kepatuhan dan kepahlawanannya itu maka sang raja memberikan hadiah kepada Ketok Jenggot berupa senjata Patrem Emas dan memberi tugas untuk membuka hutan di sebelah timur daerah Surakarta.

Demikianlah akhirnya setelah melalui perjuangan yang tidak ringan, Ketok Jenggot berhasil membuka hutan di sebelah timur daerah Surakarta, yang kemudian daerah tersebut diberi nama Tremas.

Perlu diketahui, bahwa sebelum Ketok Jenggot membuka hutan Tremas, di daerah tersebut sudah ada sekelompok orang yang lebih dahulu datang dan bermukim, yaitu R. Ngabehi Honggowijoyo (ayah Nyai Abdul Manan). Maka dari itu setelah meminta ijin dan memberi keterangan tentang tugasnya, barulah Ketok Jenggot mulai melaksanakan tugasnya dengan membuka sebagian besar hutan di daerah tersebut. Setelah tugasnya selesai, senjata Patrem Emas yang dibawanya itu ditanam ditempat beliau pertama kali membuka hutan tersebut, dan akhirnya daerah yang baru dibukanya tersebut diberi nama “ Tremas“.

Demikianlah sekilas cerita tentang asal mula nama Tremas yang dikemudian hari digunakan untuk menyebut sebuah pesantren yang berdiri di daerah tersebut, sedangkan Ketok Jenggot sendiri akhirnya bermukim di situ sampai akhirhaya dan dimakamkan di daerah tersebut.
[agungwahana7.wordpress.com]

Kamis, 07 Mei 2015

"MUSEUM BUWONO KELING PACITAN" Museum ini sebagai bukti Pacitan sebagai ibukota prasejarah dunia. [Desa Mantren - Kecamatan Punung]



museum buwono keling pacitan .jpg

Museum Buwono Keling terletak di Dusun Krajan Kulon, Desa Mantren, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Museum ini merupakan museum Arkeologi. Dibangun pada tahun 1996 dan difungsikan pada tahun yang sama. Bangunan ini dibuat satu lantai dengan luas bangunan 20 m x 50 m. Status kepemilikan tanah adalah hak milik negara. Sedangkan koleksi sendiri cukup banyak yaitu sekitar 3.896 koleksi. Museum ini menyelenggarakan pameran khusus satu kali dalam setahun, museum keliling tiga kali setahun dan workshop dua kali dalam setahun.

koleksi museum buwono keling

Beberapa Koleksi :
Arkeologi, Geologi, Keramitologi, Numismatika, Etnografi, Biologika, Teknologika, Kapak Primitif.

Fasilitas Publik :
Toilet, Penunjuk arah ( Sinage ), Parkir, Sarana Ibadah, Ruang Pameran Temporer

museum bowono leking rusak .jpg

Namun pada tahun 2013 museum ini mengalami kerusakan parah sehingga terpaksa pemerintah daerah menutupnya. Hal ini sangat disayangkan karena sebagai kota yang mendapat julukan “Ibu Kota Prasejarah” malah tidak memiliki museum arkeologi lagi.

gambar museum buwono keling donorojo pacitan

Keadaan musem Buwono Keling yang terletak di pinggir jalan utama Pacitan-Solo semakin memprihatinkan. Kini museum yang dibangun pada 1996 itu berada dalam kondisi yang merana. Di beberapa bagian museum yang dibangun Pemprov Jatim itu, banyak yang rusak.

Diketahui, sejumlah kayu di bagian atapnya keropos, bahkan mulai terlepas. Kerusakan itu berimbas pada bagian dalam gedung, tepat di bawah titik kerusakan. Bekas- bekas rembesan air terlihat di dinding. Begitu pula, bagian plafon rusak dan nyaris ambrol karena sering terkena air. Disbudparpora Pacitan pun terpaksa memindahkan puluhan benda prasejarah koleksi museum ke rumah pribadi Slamet. Misalnya, kapak genggam, kapak perimbas, dan mata panah. ’’Semua benda koleksi tersebut berasal dari situs-situs di sekitar museum. Koleksi itu merupakan peninggalan zaman paleolitikum, mesolitikum, dan neolitikum,’’ terang Kabid Kebudayaan Disbudparpora Pacitan Tamami, dilansir dari Jawapos, Ahad (28/9/2014).

kondisi ruangan museum buwono keling

Dia menyatakan, karena kondisinya seperti itu, museum tersebut terpaksa ditutup untuk sementara waktu sampai ada tindak lanjut dari Pemkab Pacitan maupun BPCB Trowulan. ’’Dulu dijanjikan inventarisasi, tapi urung dilaksanakan karena terbatasnya anggaran. Akhirnya, terpaksa saya tutup untuk sementara waktu,’’ ungkapnya. Hal itu pula yang mmebuat DPRD ragu terhadap rencana Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk membangun Museum Pacitan beralasan. Sekretaris Fraksi Partai Golkar Tejo Kusmoro mengkhawatirkan pembangunan Museum Pacitan yang bakal bernasib sama dengan Museum Buwonokeling. ’’Harus dipikirkan dengan matang. Sebenarnya, perlu atau tidak pembangunan (Museum Pacitan) itu. Biar nanti nasibnya tidak seperti Museum Buwonokeling,’’ katanya.
[Pacitanku.com]

Sabtu, 02 Mei 2015

"UPACARA ADAT ERETAN (ERET) PACITAN" Kearifan lokal yang berfilosofi membudayakan semangat gotong-royong dalam bentuk tradisi kerja sama untuk menangkap ikan. [Desa Worawari - Kecamatan Kebonagung]



tradisi eretan desa worawari pacitan
Tradisi Eret/Eretan (Worawari - Kebonagung)

Salah satu yang menjadi keunggulan masyarakat Jawa adalah semangat gotong royongnya yang tinggi, dan selalu dipupuk dalam setiap kesempatan dan kegiatan yang ada. Seperti yang dilakukan oleh sekelompok nelayan di Desa Worawari, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan Jawa Timur.

Tepatnya Jum’at (3/1/2014) warga yang tergabung dalam serikat nelayan Kebonagung menyelenggarakan tradisi eret atau eretan. Eret adalah mencari ikan dengan metode jaring panjang yang dipasang melingkari teluk. Kedua ujung jaring ada di daratan dan kemudian ditarik bersama untuk menggiring ikan kearah pesisir. Ikan yg berhasil digiring nantinya akan terperangkap ke dalam jaring panjang tersebut, atau biasa disebut menangkap ikan jaring keruk.

Filosofi yang muncul dalam tradisi eret ini adalah "Eretan Ngupaya Mina", yang merupakan kalimat bahasa Jawa dengan makna saling bergandengan mencari ikan. Nilai yang mungkin sulit didapat dalam zaman yang serba pragmatis dan mementingkan kepentingan sendiri. Selain agenda inti eretan, budaya unik ini juga dimeriahkan dengan agenda pendukung lainnya seperti tari – tarian yang dilaksanakan oleh sinden atau penari setempat.

Pantai dangkal pacitan bagian barat dari lokasi tradisi eretan

Tradisi ini dimulai ketika 10 pria berbaris di bibir pantai membelakangi hamparan pasir Laut Pantai Dangkal. Salah satu sesespuh di komunitas tersebut membacakan kata dan kalimat dengan intinya adalah terkait sedekah bumi yang berwujud ayam dimasak bumbu lengkap dengan nasi dan lauk. Sajian itu ditata sedemikian rupa dan ditata di atas hamparan pasir. Sajian tersebut lantas dibacakan doa. Pembacaan dipimpin tokoh agama desa setempat. Ratusan hadirin yang berdiri di segenap penjuru pantai pun ikut berdoa. Lalu setelah doa selesai, 10 pria memulai tugas. Dengan langkah serentak, mereka maju ke arah kepala desa. Lalu, satu persatu tangannya bergantian menjabat kepala desa dan kyai.

Kemudian, 10 pria yang mengenakan pakaian ala kadarnya berbalik arah dan beramai-ramai mendorong 2 perahu yang tertambat di tepi pantai. Setelah perahu mengapung, 4 pria menaiki 2 perahu. Sedangkan 6 lainnya menunggu di pesisir. Perlahan perahu tersebut bergerak menjauhi pantai. Beberapa waktu kemudian, kedua perahu bergerak kembali ke pinggir. Lajunya tak terlalu kencang. Tujuannya untuk menjaga agar jaring yang ujungnya tertambat di kedua perahu tidak putus saat di tarik ke daratan. Dengan jarak kurang lebih lima meter dari pantai, puluhan warga lain yang sejak tadi menunggu berhamburan menuju kedua ujung tali jaring yang tertambat di dua perahu untuk menarik jaring penuh aneka jenis ikan.

Dan setelah sukses menarik ikan, dan ikan terkumpul, barulah nelayan pemilik perahu dan jaring membaginya. Semua mendapat bagian sesuai perannya. Baik para pria pendorong perahu maupun warga yang suka rela memantu menarik tali jaring, semua membawa ikan. Dan sambil membawa ikan dengan berbagai jenis, para warga tersebut kembali menuju tempat semula.

Agenda akhir dari tradisi eretan adalah memakan dan menikmati nasi dan ayam ingkung yang sudah disajikan sebelum acara dimulai. Dan ini merupakan bagian paripurna dari tradisi eretan Pacitan, sebuah kekayaan budaya daerah, selain Baritan, tetaken, dan Ceprotan.

eretan worawari pacitan.jpg
[indonesiatourmiscellaneous.blogspot.in]

Jumat, 01 Mei 2015

"MASJID TIBAN (NURUL HUDA) PACITAN" Muncul secara tiba-tiba, masjid ini jadi bukti sejarah penyebaran Islam di Pacitan. [Desa Tanjungpuro - Kecamatan Ngadirojo]



masjid tiban ngadirojo pacitan
Masjid Tiban, saksi sejarah penyebaran Islam di Pacitan

Sejarah Pacitan tak pernah lepas dari sejarah perkembangan Islam. Berbagai macam bukti yang menunjukkan betapa hubungan Islam dan Pacitan dalam konteks sejarah begitu erat. Banyak bangunan peninggalan sejarah penyebaran agama Islam di negeri ini yang dipercaya keramat. Salah satu bukti itu adalah adanya sebuah Masjid di Ngadirojo. Namanya adalah Masjid Tiban. Letak masjid ini di Desa Tanjungpuro, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan Jawa Timur, adalah bukti perkembangan Islam di tanah 1001 goa. Meski tidak ada catatan sejarah sebagai rujukan, namun berdasar cerita turun temurun masjid yang kini bernama Nurul Huda tersebut merupakan peninggalan Sunan Geseng. proses ditemukannya Masjid Tiban ini tidak lepas dari peran sesepuh setempat bernama Mbah Bandung. Tokoh tersebut yang menemukan masjid di tengah rawa, lalu menyebutnya dengan Masjid Tiban.

Tampilan Masjid Tiban dari luar tak ubahnya seperti masjid lain. Bangunan dengan panjang 20 meter dan lebar delapan meter itu sepenuhnya bercorak modern. Baik lantai, tembok maupun atapnya semua menampilkan citra masa kini. Masjid yang berada di tengah pemukiman tersebut sudah tiga kali direnovasi, yaitu pada 1976, 1986 dan 1998. Namun, satu bagian yang tak pernah berubah adalah sisi tengah masjid. Bangunan utama berbentuk joglo yang ditopang empat pilar itu hingga saat ini dibiarkan seperti sedia kala. Tiang kayu yang menyisakan bekas tatahan kasar, tetap berdiri tegak tanpa dihaluskan. Demikian pula dengan kayu berukir yang melintang diatasnya, keduanya hanya dipoles cat warna coklat.

Masjid ini dipercaya sebagai masjid “tiban”. “Tiban” berarti jatuh atau ada secara tiba- tiba dan diyakini keramat. Nur Halim, pemangku masjid setempat, menceritakan asal-usul masjid ini cukup misterius. Adalah Ki Ageng Bandung, orang kepercayaan Adipati Ponorogo, yang pertama kali menemukan bangunan cikal bakal masjid tersebut. Ki Ageng Bandung merupakan salah satu orang kepercayaan kerajaan yang membabat wilayah setempat yang waktu itu masih berupa hutan pada 1700- an hingga 1800-an. Suatu hari Ki Ageng Bandung menjelajahi hutan di dekat Dusun Bandung. Baru sekitar tiga langkah berjalan, ia mendengar suara burung. Karena penasaran, dia mengikuti asal suara burung tersebut dengan menggunakan gethek atau alat untuk menyeberang yang terbuat dari bambu dengan menyusuri rawa hutan. Akhirnya burung tersebut terlihat bertengger di dahan pohon tanjung kembar. Tepat di sebelah pohon tanjung kembar itu terdapat dua bangunan. Satu bangunan berbentuk rumah joglo dan satu bangunan lain adalah sebuah masjid kecil yang terbuat dari batu bata beratap ilalang. Setelah masuk ke bangunan masjid yang sudah lama tidak terawat itu, dia menemukan selembar surat berbahasa Jawa kuno. Setelah dibaca, surat tersebut ditulis seseorang yang menamakan diri Sunan Geseng. Isi surat berbunyi “Manawa alas iki wis babad sarta wis dadi desa reja, pandhapa iki dak cadangkake sapa kang dadi lurah. Lan masjid ing sakidul kulone iki dienggo panggonan mulang santri. Dene kang agawe pandhapa lan masjid iki aku, Sunan Geseng”. Jika diartikan, surat tersebut menjelaskan bahwa “Apabila hutan ini sudah dibabat dan menjadi desa yang makmur, pendapa ini aku ujukan untuk siapa yang akan menjadi kepala desa. Masjid di sebelah tenggara nanti digunakan untuk tempat belajar para santri. Yang membangun pendapa dan masjid aku, Sunan Geseng”. Di bangunan itu juga ditemukan sebuah kepek atau sejenis bungkusan kantong kecil dari kain yang tergantung. Setelah dibuka di dalamnya didapati jubah bergaris poleng beserta surban dan baju lengan panjang seperti baju koko untuk salat berwarna putih berbahan kain tenunan Jawa. Sampai sekarang kepek dan peralatan lainnya masih tersimpan dalam kotak kayu yang dibungkus kain putih. Secara berkala, kain pembungkus itu diganti. “Saya tidak tahu apa isi kotak tersebut. Saya tidak berani membukanya,” ungkap pria yang akrab disapa Gus Nur ini.

Ki Ageng Bandung sendiri sebenarnya bangsawan dari Padjajaran, Jawa Barat. Konon, kepergiannya dari tanah Priangan itu setelah kalah berebut kekuasaan menjadi adipati dengan sang adik. Setelah kalah dalam perang saudara, ia hijrah ke wilayah Kerajaan Pajang, Jawa Tengah dan sampai ke wilayah Ngadirojo, Pacitan bersama salah satu muridnya, Panji Sanjayarangin. Sebelumnya, dia mengabdi di Adipati Ponorogo. Sekilas tak ada yang menonjol dari masjid yang berada dekat perbatasan Pacitan dan Trenggalek ini. Dan juga tak ada tanda kapan masjid ini dibangun. Di perkirakan masjid ini di bangun sudah ratusan tahun yang lalu.
[Pacitanku.com]

"MONUMEN PALAGAN TUMPAK RINJING PACITAN" Megahnya patung Jendral Sudirman dan Brigjen Slamet Riyadi ini jadi saksi bisu perjanjian bersejarah serta untuk mengenang jasa para Pahlawan yang telah gugur. [Desa Dadapan - Kecamatan Pringkuku]

<br /><br /><a href="http://alipz33.xtgem.com"><img src="http://i2.wp.com/pacitanku.com/wp-content/uploads/2013/08/tumpak-rinjing-pacitan.jpg" width="300" height="200" alt="gambar monunen panglima sudirman palagan tumpak rinjing dadapan pringkuku pacitan" /></a><a></a><br />Monumen Tumpak Rinjing, Saksi Bisu Perjanjian Bersejarah<br /><br /> <p style="text-align:justify;"><i>Sebenarnya di Pacitan ini ada beberapa bangunun-bangunan bersejarah yang mungkin belum banyak di ketahui oleh warga pacitan sendiri. Di antaranya monumen Jendral Sudirman. Selain Monumen Jenderal Soedirman yang berada di Nawangan, di Pacitan juga terdapat monument Jenderal Soedirman versi lainnya. Namanya adalah Monumen Palagan Tumpak Rinjing.<br /><br /> Monumen Tumpak Rinjing terletak di <a href="http://alipz33.xtgem.com/index?__xtblog_search=tuguragung">Desa Dadapan</a>, kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Monumen ini dibangun karena merupakan rute gerilya Panglima Besar Jendral Sudirman di Pacitan dalam berjuang melawan penjajah. Monumen untuk menandai rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman yang di antaranya juga melintasi Pacitan. <br /><br /><a href="http://alipz33.xtgem.com/img/palagan-tumpakrinjing-pac.jpg"><img src="http://alipz33.xtgem.com/img/palagan-tumpakrinjing-pac.jpg" width="300" height="200" alt="petualang monumen jendral sudirman palalagan tumpakrinjing adventure" /></a><br /><br />Patung di monumen ini adalah Jenderal Soedirman dan Brigjen Ignatius Slamet Riyadi. Monumen Tumpak Rinjing dibangun untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran di Tumpak Rinjing. Monumen ini dibangun untuk mengenang pertempuran para gerilyawan yang dipimpin langsung oleh Jenderal Sudirman bersama Brigjen Ignatius Slamet Riyadi di Tumpak Rinjing melawan pasukan Konvooi Kolonial Belanda, pertempuran terjadi pada 7 Juni 1948.<br /><br /> Jalur akses menuju Monumen pun sangatlah mudah,karena satu jalur dengan jalur Bus jurusan Pacitan-Solo dan Monumen tersebut terletak pas dipinggir jalan raya. Namun yang menjadi satu masalah adalah bahwa areal monumen ini tidaklah luas seperti di Nawangan, kecil dan kurang terawat. Hal tersebut Nampak dari tidak adanya warung-warung ataupun toko yang berjualan di lokasi, menjadikannya tidak seperti lokasi wisata seperti tempat wisata lainnya.<br /><br /><a href="http://alipz33.xtgem.com/img/palagan.jpg"><img src="http://alipz33.xtgem.com/img/palagan.jpg" width="300" height="200" alt="petualang monumen jendral sudirman palalagan tumpakrinjing dadapan pringkuku pacitan" /></a><br /><br /> Sering pada saat-saat tertentu, monumen ini dijadikan tempat kegiatan ekstra kurikuler oleh sekolah-sekolah setempat untuk mengenang dan mengingat selalu perjuangan para pahlawan dalam memperebutkan bangsa Indonesia dari tangan penjajah. Bagi wisatawan yang datang dari arah <a href="http://alipz33.xtgem.com/index?__xtblog_search=gong">Goa Gong</a> atau Goa Tabuhan menuju Pantai Teleng Ria, pasti akan melewati monumen ini, karena letaknya yang di pinggir jalan utama dari Jawa Tengah menuju Pacitan. Tempat ini cocok bagi para biker dan klub- klub motor untuk sekedar melepas lelah sementara sebelum melanjutkan perjalanan. Tempatnya teduh dengan pohon-pohon rindang di sekitarnya dan ada.<br />[Pacitanku.com]<br /><br /><a href="http://alipz33.xtgem.com/img/palagan-tumpakrinjing-2.jpg"><img src="http://alipz33.xtgem.com/img/palagan-tumpakrinjing-2.jpg" width="300" height="200" alt="petualang monumen jendral sudirman palalagan tumpakrinjing" /></a><br /><br /> </i></p> 

"GOA SONG TERUS PACITAN" Situs goa purbakala ini di kenal sebagai Istana museum prasejarah di Pacitan. [Desa Wareng - Kecamatan Punung]



situs song terus pacitan
Situs Goa Song Terus, Istana Museum Pra Sejarah Pacitan

Mengingat ketika anda pernah belajar sejarah pada waktu sekolah dulu, Pacitan seringkali disebut – sebut beberapa kali sebagai ibukota pra sejarah dunia, kalau tidak salah sering disebutkan dengan budaya pacitanian. Pacitan disebut demikian karena penemuan situs – situs manusia purba banyak ditemukan disini, di Pacitan.

Dan salah satu museum Goa tempat keberadaan manusia purba adalah Goa Song Terus. Song Terus berada di Kecamatan Punung, 45 menit arah barat dari jantung Kota Pacitan. Kebanyakan situs berupa goa-goa, yang berada di balik deretan Gunung Seribu. Sedikit informasi, Gunung Seribu adalah pegunungan panjang yang melintasi daerah selatan antara Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, tepatnya melintasi Kabupaten Gunungkidul, Pracimantoro, dan Pacitan.

situs song terus punung pacitan jawa timur alipz33.mywapblog.com

Tepatnya di wilayah Kali Baksooka, Desa Mendolo Lor,Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan Jawa Timur. para ahli sejarah menemukan situs purbakala. Situs ini kemudian terkenal di dunia arkeologi karena menjadi rujukan salah satu kebudayaan Paleolitik Bawah. Para arkeolog menyebutnya sebagai kebudayaan Pacitanian, dengan perkakas khasnya kapak genggam. Termasyurnya nama Pacitan, mengundang berbagai arkeolog lain. Dari situlah, satu per satu, situs prasejarah ditemukan.

Bukti-bukti tentang keberadaan Song Terus, yang pernah dipakai sebagai ajang kegiatan dan tempat hunian manusia masa lalu, telah dibuktikan melalui berbagai temuan hasil penggalian arkeologis secara sistematis sejak tahun 1994 sampai sekarang.

Berbagai macam temuan yang dihasilkan sudah mencapai hitungan puluhan ribu sejak dalam penelitian dekade 5 tahun belakangan ini. Secara nyata, Song Terus telah memberikan andil yang sangat besar dalam peranannya sebagai salah satu sumber data sejarah pada masa lalu di Pacitan pada khususnya dan Pegunungan Sewu pada umumnya.

situs goa song terus

Jejak-jejak peninggalan budaya berupa industri alat batu, seperti: alat-alat masif dan serpih-bilah, alat-alat tulang, dan cangkang kerang serta berbagai macam temuan sisa fauna dan manusia yang terdapat di sini telah memberikan petunjuk dan mengisyaratkan adanya Goa sebagai hunian manusia masa lalu yang sarat akan tinggalan arkeologis.

Berdasarkan hasil penelitian, setelah dilakukan dating (penanggalan absolute menggunakan metode C14 dan U-Th-Red) terhadap sejumlah artefak temuan, maka diperoleh hasil bahwa lapisan “anthropik” di situs Song terus paling tidak sudah ada sejak 180000 tahun yang lalu. Sedangkan lapisan termuda berasal dari sekitar 45000 tahun lalu. (Francois Semah/ Museum national d’Histoire Naturelle, paris, Perancis; Kenedi Nurhan Arkeologi, KOMPAS, Desember 2000)

dari luar goa song terus pacitan
[Pacitanku.com]

"SUNGAI BAK SOOKA PACITAN" Sungai yang Jadi kunjungan Para Ahli Sejarah. [Desa Mendolo Lor - Kecamatan Punung]



sungai baksooka punung pacitan
Sungai Baksooka Pacitan yang Jadi Rujukan Para Ahli Sejarah

Saat mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejarah diterangkan oleh guru, seringkali guru menyebut ada salah satu kebudayaan Pacitanian, yang merupakan kebudayaan masyarakat zaman pra sejarah di Pacitan. dan memang benar, berdasarkan penuturan para ahli sejarah, Pacitan adalah ibukota prasejarah dunia.

Sekitar 261 lokasi situs prasejarah, terdapat di Pacitan, baik dalam tahapan eksploitasi maupun yang telah disurvei tim arkeologi. Situs tersebut berada di jajaran Gunung Sewu, yang tersebar mulai di Kecamatan Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung hingga Kecamatan Tulakan.

struktur sungai bak sooka

Gunung Sewu secara geologis dan geografis terpisah dari wilayah Pulau Jawa lainnya. Iklimnya kering. Relief bukit kapur, gua dan gua payung banyak terdapat di daerah ini. Cukup ideal sebagai tempat tinggal bagi manusia purba. Pun ada banyak jenis bebatuan sileks lokal bermutu sebagai bahan baku pembuatan peralatan dan senjata. Salah satu yang cukup dikenal adalah Sungai Baksooka.

Sungai Baksoka terletak di Desa Mendolo Lor, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertambangan dan ESDM Pacitan, geosite Sungai Baksooka dari sisi geologi adalah salah satu sungai permukaan di kawasan karst gunung sewu yang menampakkan morfologi undak. Di sungai itu, ada endapan lempung hitam formasi Kali Pucung yang terbentuk sekitar 1,8 juta tahun yang lalu. Pada tahun 1955 di sungai Baksooka ini, Van Heekeren menemukan banyak artefak batu dari zaman paleolitikum yang kemudian dikenal dengan budaya Pacitanian. Sungai Baksooka merupakan “bengkel” kapak genggam paleolitik.

sungai bak sooka punung

Sebagai salah satu situs geologi (geosite) geopark gunung sewu, di sepanjang sungai Baksooka terdapat lintasan geologi yang menawarkan aspek geologi dan arkeologi. Pada segmen bagian utara, pengunjung dapat mencermati singkapan- singkapan batuan oligo-miosen dan miosen tengah yang berfungsi sebagai alas batu gamping. Pada segmen sungai bagian selatan menyimpan batu gamping yang kaya fosil koral, foraminifera, dan moluska.

Salah satu yang sering ditemukan di Sungai Baksooka adalah kapak genggam. Jenis kapak inilah yang menjadikan Pacitan terkenal dalam dunia prasejarah dengan sebutan: Pacitanian. Terbuat dari jenis batu Kalsedon dengan, ciri-cirinya, ada dua pangkasan pada kedua sisinya. Kapak perimbas juga ditemukan di Kali Baksooka, Sungai Banjar, Sungai Karasan, Sungai Jatigunung, dan Kedung Gamping.

Kapak perimbas berbahan dasar sama dengan kapak genggam, yaitu batu kalsedon. Peralatan ini punya ciri-ciri tajam hanya pada satu sisi dan agaknya digunakan untuk keperluan sehari-hari. Saat ini, batuan kalsedon yang menjadi alat kapak pada masa lampau digunakan oleh masyarakat setempat untuk membuat kerajinan batu mulia . Bahkan, batu mulia berbahan kalsedon (Chalcedony) menjadi batu mulia paling diminati di Pacitan.
[Pacitanku.com]